SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG

Kamis, 28 Juni 2012

Makalah Kimia Keperawatan Sistem Koloid


MAKALAH KIMIA
SISTEM KOLOID













OLEH
Kelompok : II (dua)
Meggy Novriadi                           1126010028
Oma Tresatrio                              1126010033
Susi Murni Fratami                      1126010002
Reca Sandriana Rosturya                        1126010038
Yeni Paramita                              1126010007
Eda Nastaliza                               1126010012
Kiki Sumana Lestari                    1126010017
Piranika                                        1126010023
Riki Rosadi
Rudi Hartono

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2012/2013
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga saia ini dapat menyelesaikan makalah kimia keperawatan  “ Sistem Koloid ”
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari teknik penulisan atau materi untuk itu saya  mengharapkan saran dan kitik dari pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan naskah makalah ini.
Selama menyeleaikan makalah ini kami banyak memperoleh masukan, bimbingan dan dukungan dari semua pihak untuk itu dengan segala kerendahan hati kelompok banyak mengucapkan terima kasih.



Bengkulu, Mei 2011

Penyusun






DaFtar isi


Halaman judul………………………………………………………….1
Kata Pengantar…………………………………………………………2
Daftar Isi………………………………………………………………..3
BAB I……………………………………………………………………4
1.1 Latar belakang………………………………………………4
1.2 Tujuan………………………………………………………..4
1.3 Manfaat………………………………………………………4
BAB II…………………………………………………………………..5
2.1 Pengertian koloid……………………………………………5
2.2 Disperensi koloid…………………………………………….5
2.3 Penggolongan koloid………………………………………...6
2.4 Macam-macam koloid………………………………………8
2.5 Sifat-sifat koloid……………………………………………..9
2.6 Pemurnian koloid…………………………………………..11
2.7 Kegunaan koloid……………………………………………13
BAB III………………………………………………………………...14
3.1 Kesimpulan…………………………………………………14
3.2 Saran………………………………………………………..14
Daftar pustaka…………………………………………………15





BAB I
1.1 Latar Belakang
System koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaanya terletak antara larutan dan suspense (campuran kasar). Contohnya yaitu lem, jeli dan santan. Nama koloid diberikan oleh Thomas graham pada tahun 1861. Istilah ini bersal dari bahasa yunani yaitu kolla dan oid. Kolla berate lem sedangkan oid berate seperti. Dalam hal ini, yang dikaitkan dengan lem dalah sifat difusinya, sebab sistim koloid mempunyai nilai difusi yang rendah, seperti lem. larutan biasa misalnya, larutan garam, yang mempunyai nilai difusi lebih besar disebut Kristaloid. Koloid mempunyai nilai difusi yang rendah karena partikelnya berukuran lebih besar dari pada molekul, yaitu berukuran maksimum satu micrometer.
Sistim koloid perlu dipelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari cairan tubuh, seperti darah adalah sistim koloid. Bahan makanan, seperti susu, keju, nasi dan roti adalah sistim koloid. Cat , berbagai jenis obat bahan kosmetik dan tanah pertanian juga merupakan system koloid.
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian, dispensi koloid, penggolongan koloid, berapa macam koloid, pemurniaan koloid, kegunaan koloid.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah yang bertemakan sistim koloid untuk mengetahui tentang  pengertian, dispensi koloid, penggolongan koloid, berapa macam koloid, pemurniaan koloid, kegunaan koloid.

 1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dapat menanbah pengetahuan bagi pembaca pada umunya dan mahasiswa STIKES TMS Bengkulu. Makalah ini diharapkan dapat menjadi panduan oleh mahasiswa dalam proses belajar kimia keperawatn.


BAB II
2.1 Pengertian koloid
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkenal efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
(Anonim. 2010)

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susuagar-agartintasampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.
(Anonim. 2010)

2.2 Dispersi Koloid
Metode di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid yang kemudian didispersikan dalam medium pendispersinya. Caranya dapat berupa cara mekanik maupun peptisasi.
(Anonim. 2009)







Sistem Dispersi
Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi dijelaskan dalam Tabel 6.1
Larutan
(Dispresi Molekuler )
Koloid
 (Dispensi koloid)
Suspensi
(Dispensi kasar)
Contoh : Larutan gula dalam air
Contoh : Campuran susu dengan air
Contoh : Campuran tepung terigu dengan air
1)      Homogen, tak dapat di bedakan walaupu  menggunakan mikroskop ultra
2)      Semua partikelnya berdimensi ( panjang,lebar,atau tebal)kurang dari 1 nm
3)      Satu fase
4)      Stabil
5)      Tidak dapat di saring
1)      Secara makroskopis bersifat homogen,tetapi hetrogen jika di amati dengan mikroskop ultra
2)      Partikelnya berdimensi antara 1 nm sampai 100nm
3)      Dua fase
4)      Pada umumnya stabil
5)      Tidak dapat di saring kecuali dengan penyaringan ultra
1)      Heterogen
2)      Salah satunya atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm
3)      Dua fase
4)      Tidak stabil
5)      Dapat di saring dengan kertas saring biasa
(Purba Michael.2006)

2.3 Penggolongan KOLOID
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan fase terdispersi.
v  Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
• Contoh aerosol cair: kabut dan awan.
Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida. (Purba Michael.2006)
v  Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. Contoh sol: air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan cat. (Purba Michael.2006)
v  Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
• Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk cleanser) dan lateks.
• Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayones. (Purba Michael.2006)

v  Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau mencegah buih, antara lain eter, isoamil alkohol, dan lain-lain. (Purba Michael.2006)

v  Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat. (Purba Michael.2006)
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi suatu larutan sebab semua gas bercampur baik secara homogen dalam segala perbandingan.
Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut :

No
Fase Terdispersi
Medium Pendispersi
Nama Koloid
Contoh
1
Gas
Cair
Busa/Buih
Buih sabun, krim kocok
2
Gas
Padat
Busa padat
Batu apaung, karet busa
3
Cair
Gas
Aerosol
Awan, kabut
4
Cair
Cair
Emulsi
Susu, santan
5
Cair
Padat
Emulsi padat
Keju, mentega, mutiara
6
Padat
Gas
Aerosol padat
Asap, debu
7
Padat
Cair
Sol
Cat, kanji, tinta, darah
8
Padat
Padat
Sol padat
Kaca berwarna, paduan logam
(Anonim,2007)
2.4 macam-macam koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Ø  Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
Ø  Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).
Ø  Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Ø  Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
Ø  Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
(Anonim. 2010)

2.5 sifat-sifat koloid
§  Efek Tyndall
Fenomena efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah gejala penghamburan sinar oleh partikel koloid. (Justiana, sandi dan Muchtaridi. 2009)
Kita dapat mengenalinya dengan cara melewatkan seberkas cahaya (sinar) kepada obyek yang akan kita kenali. Bila dilihat tegak lurus dari arah datangnya cahaya, maka akan terlihat sebagai berikut :
• Jika obyek adalah larutan, maka cahaya akan diteruskan (transparan).
• Jika obyek adalah koloid, maka cahaya akan dihamburkan dan partikel terdispersinyatidak tampak.
• Jika obyek adalah suspensi, maka cahaya akan dihamburkan tetapi partikel terdispersinya dapat terlihat kelihatan. (Permana Irvan.2009)
Gejala efek Tyndall dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berkas sinar dari proyektor film di bioskop dan berkas cahaya Iampu mobil pada malam yang berkabut. Mengapa langit berwarna biru? Hal ini disebabkan oleh partikel koloid di udara yang menghamburkan cahaya matahari. (Permana Irvan.2009)
§  Gerak Brown
Apabila partikel koloid diamati di bawah mikroskop pada pembesaran yang tinggi (atau dengan mikroskop ultra) akan terlihat partikel koloid yang bergerak terus-menerus dengan arah yang acak (tak beraturan atau patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya Robert Brown seorang ahli biologi berkebangsaan Inggris. (Permana Irvan.2009)
Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati. Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul medium meningkat, sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak Brown merupakan salah satu factor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi. (Utami, Budi., dkk. 2009)
§  Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
(Anonim. 2010)
§  Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
(Anonim. 2010)
§  Koagulasi koloid
Partikel-partikel koloid dapat mengalami penggumpalan atau koagulasi. Ada dua cara mengkoagulasikan sistem koloid, yaitu cara mekanik dan cara kimia. Cara mekanik dapat dilakukan dengan pemanasan, pendinginan, atau pengadukan. Cara kimia dilakukan dengan penambahan zat-zat kimia, misalnya zat elektrolit. (Harmanto, Ari. dan Raminnten. 2009)
§  Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
(Anonim. 2010)
§  Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
(Anonim. 2010)                                                    
§  Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
(Anonim. 2010)
2.6 pemurnian koloid
Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.
1.      Dialisis
 Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul – molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal.

Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.
(Anonim. 2010)
2.      Elektrodialisis
           Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan.
Adanya pengaruh medan listrik akan mempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
(Anonim. 2010)
3.       Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.
 (Anonim. 2010)


2.7 kegunaan koloid
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegunaan koloid baik langsung maupun tidak langsung. Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut:
  1. Industri kosmetika
    Bahan kosmetika seperti
     foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi.
  2. Industri tekstil
    Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.
  3. Industri sabun dan deterjen
    Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air.
  4. Kelestarian lingkungan
    Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang disebut
     cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.
(Anonim. 2007)









BAB III


3.1.KESIMPULAN
Dari uraian yang telah kami sampaikan diatas maka dapat diketahui bahwa koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susuagar-agartintasampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-hari. Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa fase terdispersinya menjadi 3, yaitu sol (berupa zat padat), emulsi (berupa zat cair), buih (berupa zat gas).

3.2. SARAN
          Kepada teman-teman yang mendengarkan ataupun yang membaca makalah ini diharapkan biasa memahami isi dari makalah kami ini. Dan kami juga berharap makalah ini bisa bermamfaat bagi kita semua.








DAFTAR PUSTAKA
Utami, Budi., dkk. 2009. Kimia Untuk SMA/MA kelas IX Program Ilmu Alam. Jakarta: Pustaka Pembukuan
Harmanto, Ari. dan Raminnten. 2009. Kimia. Jakarta: Pusat Pembukuan
Permana, Irvan. 2009. Memahami Kimia SMA/MA 2. Jakarta: Pusat Pembukuan
Justiana, sandi dan Muchtaridi. 2009. Kimia 2. Jakarta: Yudhistira
Purba, Michael. 2007. Kimia XI. Jakarta: Erlangga
Anonim. 2010. Sifat-sifat koloid. Jakarta: id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
Anonim. 2007. Macam-macam koloid dan penggolongannya. Jakarta: kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/.../link/dua.html
Anonim. 2009. Koloid dan system koloid. Jakarta: www.chem-is-try.org/materi_kimia/.../koloid-dan-sistem-dispersi
Anonim. 2007. Penggunaan koloid. Jakarta:  kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/.../link/tiga.html/
Anonim. 2010. Sifat-sifat koloid. Jakarta: sistemkoloid.tripod.com/sifat.htm










Tidak ada komentar:

Posting Komentar